26 Agustus 2009

Arti Kemerdekaan Buat Kamu?

Merdeka berarti tidak menyalahkan masa lalu atas keberadaanku saat ini.

Merdeka berarti tidak menyalahkan orang lain atas kesalahanku.

Merdeka berarti tidak menyerah kepada kesulitan masa kini.

Merdeka berarti terbebas dari kekhawatiran akan masa depan.

Apa arti kemerdekaan buat kamu?

25 Agustus 2009

Moody, Bagaimana Mengatasinya?

Apakah kamu orangnya moody? Moody berarti 'suka' murung, sedih, merasa tidak enak atau tidak nyaman. Orang-orang yang moody biasanya cenderung tertutup (introvert).

Orang yang moody biasanya juga agak berjarak dengan teman-teman, rekan-rekan atau lingkungan sekitarnya. Bagaimana tidak, suasana hati mereka sulit ditebak dan dimengerti. Sebentar-sebentar mereka tampak murung dan merasa tidak nyaman. Mereka juga mudah tersinggung atau marah, bahkan karena hal-hal sepele. Wajah mereka biasanya juga menyiratkan kesedihan. Maklumlah, mereka sering mengalami suasana hati yang buruk, lama-lama perasaaan itu terpancar di wajah mereka.

Apa yang membuat orang jadi moody?

Menurut saya, penyebabnya adalah sikap menuntut yang berlebihan. Keberadaan sikap tersebut memang sering tidak disadari. Mereka menuntut agar orang lain bersikap dan berperilaku dengan cara-cara tertentu. Mereka menuntut agar pekerjaan dan rencana-rencana mereka berjalan dengan mudah dan lancar. Mereka juga menuntut agar lingkungan mereka nyaman dan kondusif. Initinya menuntut segala sesuatunya oke.

Kondisi ini sangat rentan. Karena kenyataan tidak selalu, bahkan sering bertolak belakang dengan tuntutan tersebut. Orang-orang bersikap dan berperilaku dengan cara-cara yang mereka sukai. Tugas-tugas dan rencana-rencana sering terkendala dan banyak masalah. Lingkungan sekitar kerap menyulitkand an tidak mendukung.

Akibatnya, mereka merasa jengkel, kesal, terganggu, dongkol dan sebagainya. Perasaan-perasaaan negatif tersebut tanpa sadar mereka pendam. Nah, itulah yang kemudian menjelma menjadi suasana hati yang buruk, bad mood, murung dan tidak nyaman.

Bagaimana mengatasinya?

Seperti dijelaskan di atas, bad mood atau suasana hati yang murung, tidak enak dan tidak nyaman adalah penjelmaan dari perasaaan-perasaaan negatif yang terpendam – disadari atau tidak disadari. Karena itu, cara mengatasinya adalah dengan menganalisa perasaan.

Pertama, cari tahu apa pikiran atau peristiwa yang memicu suasana hati yang buruk (bad mood) tersebut. Kedua, kalau pemicunya sudah diketahui, temukan tuntutan yang menyertai pemicu tersebut, dan ubah menjadi sekadar pilihan/keinginan.

Misalnya begini, suatu ketika anda berpapasan dengan teman kerja di kantor. Anda menyapanya, tapi dia tidak menanggapi. Inilah peristiwa pemicunya.

Kalau anda berpikir bahwa teman anda tersebut mestinya menanggapi anda, maka anda akan merasa kesal atau marah. Perasaaan itulah yang kemudian anda pendam, sehingga membuat anda tidak mood dalam bekerja.

Tapi kalau anda tidak menuntut tanggapan tersebut, melainkan hanya menginginkan-nya, maka anda tidak akan merasa kesal atau marah, dan dengan mudah bisa melupakannya. Mungkin dalam hati (selftalk) anda berkata: "Sebagai teman tentu saja wajar jika aku ingin dia menanggapi ketika aku sapa. Tapi tidak harus selalu demikian. Dan kalau dia acuh, tidak berarti aku bukan teman yang baik. Aku bisa tahan dengan keadaan ini." Apalagi kalau anda berpikir, "Mungkin dia tidak menyadari keberadaanku. Mungkin dia sedang ada masalah. Mungkin dia baru dimarahi bos."

Melakukan analisa terhadap perasaan sendiri bukanlah pekerjaan mudah. Perlu keberanian, kesabaran dan latihan terus menerus. Bagi pemula, menganalisa perasaan buruk (seperti kesal, jengkel, terganngu, marah, tersinggung) saat perasaan itu muncul pun tidak memungkinkan. Tunggulah beberapa waktu sampai perasaan itu mereda.

Atau anda bisa berlatih melakukannya di malam hari sebelum tidur. Cobalah ingat-ingat saat-saat dimana anda merasa tidak mood di sepanjang hari. Lalu cari tahu peristiwa atau pikiran yang memicu bad mood tersebut. Temukan tuntutan di balik itu dan ubah menjadi sekadar keinginan/pilihan. Melakukan secara tertulis, untuk pemula, akan jauh lebih mudah daripada sekdar membayangkannya dalam benak. Ingat menggarap diri sendiri adalah pekerjaan yang paling sulit.

Terakhir, selain faktor utama pikiran, bad mood juga bisa terjadi karena kondisi fisik yang kurang fit atau kondisi lingkungan/kerja yang membosankan. Kalau anda kurang fit, lakukanlah peregangand an olahraga secukupnya. Kalau anda sedang bosan dengan pekerjaan anda, lakukan sesuatu yang lain sebagai selingan. Anda juga bisa menata ulang kantor (atau tempat tinggal) anda agar tercipta suasana yang lebih fresh .

Semoga membantu.

15 Agustus 2009

Talkshow Arvan Pradiansyah tentang Gosip

Kemarin pagi saya mendengarkan talkshow interaktif Smart Happines yang dibawakan oleh Arvan Pradiansyah di Radio Smart FM. Topiknya tentang membicarakan orang lain.

Bagi yang ikut mendengarkan, pasti menarik dong! Bagi yang tidak mendengarkan saya ingin memberikan ulasan dengan elaborasi saya sendiri disini.

Inti pembicaraannya adalah jangan membicarakan orang lain, khususnya mengenai keburukan mereka. Apalagi keburukan yang tidak ada faktanya (gosip). Kalau anda ingin membicarakan orang lain, maka ikutilah pedoman tiga langkah berikut ini.

Pertama, tanyakanlah apakah pembicaraan itu benar alias ada faktanya. Kalau tidak benar alias tidak faktual dan menjelek-jelekkan orang lain, maka tinggalkan. Ini berarti gosip – sebagian yang lain menyebutnya fitnah.

Kenapa?

Karena itu pasti merugikan dan menyakiti orang lain. Kata Mas Arvan, semua tentang gosip itu memang menyenangkan, kecuali digosipin. Akibat buruk lain yang sering tidak disadari adalah jatuhnya kredibilitas atau kepercayaan orang lain kepada anda.

Kalau anda menggosipi orang lain kepada si A, misalnya, maka si A secara intuitif akan mengetahui bahwa anda pun akan menggosipi dia di belakangnya. Kalau anda menggosipi orang lain di depannya, maka apa yang menghalangi anda dari menggosipi dia di belakangnya?

Kalau memang benar ada faktanya, maka berikut langkah kedua: Tanyakan apakah bahan pembicaran itu kebaikan. Meskipun faktual, tidak berarti kebaikan. Ada juga yang merupakan keburukan orang lain. Pilihlah untuk membicarakan kebaikan orang lain saja.

Ini memang sulit dan jarang terjadi. Kita lebih ingat hal-hal buruk tentang orang lain daripada yang buruk dari mereka. Kita lebih suka membicarakan kejelekan orang lain daripada kebaikannya. Inilah yang disebut menggunjing. Dalam Islam, ini disebut ghibah. Orang yang menggunjing itu ibarat memakan daging tubuh saudara sendiri. Ngeri 'kan?

Dalam dunia bisnis ini juga terjadi. Prospek dan pelanggan lebih banyak membicarakan kekurangan produk atau jasa yang mereka gunakan daripada kelebihannya. Mereka cenderung berbicara saat mereka kecewa daripada saat mereka puas.

Tapi membicarakan kebaikan orang lain menjadi sering terutama pada masa-masa kampanye Pemilu. Ini biasanya dilakukan oleh Tim Sukses dan simpatisan calon pemimpin dan legislatif. Bahkan mereka cenderung melebih-lebihkan kebaikan calon-calon yang mereka usung.

Oke kembali ke topik…

Kalau bahan pembicaraannya sudah benar dan merupakan kebaikan, maka langkah ketiga adalah keperluan pembicaraanya. Tanyakan pada diri anda manfaat dari membicarakan orang lain.

Membicarakan kebaikan orang lain tentu bermanfaat sebagai contoh yang baik, dorongan, motivasi atau sumber inspirasi. Karena itu, membicarakan kebaikan orang lain tentu baik-baik saja.

Untuk tujuan pembelajaran, jangankan kebaikan, keburukan orang lain pun bisa disampaikan asalkan dengan cara yang baik. Yaitu dengan tidak menyebutkan identitas orang yang dibicarakan keburukannya; cukup menyebutkan inisial atau disampaikan berupa kisah atau cerita saja. Ini karena tujuannya adalah pembelajaran, bukan mengumbar keburukan atau kejelekan orang lain.

Soal terakhir adalah, bagaimana dengan membicarakan hal-hal sepele (trivia) tentang orang lain? Misalnya tentang artis yang baru melahirkan anaknya, melangsungkan pesta pernikahan, punya hobi ini dan itu, dan sebagainya?

Menurut saya, jawabannya situasional. Sekedar untuk menghilangkan kebosanan di kantor, misalnya, bolehlah. Tapi ingat, ini sangat rentan membuata anda jadi membicarakan keburukan orang lain atau bahkan yang tidak ada faktanya, alias mengada-ngada. So, anda harus hati-hati.

Tapi kalau dengan membicarakan (atau juga menonton) hal-hal sepele itu justru mengganggu pekerjaan anda di kantor, maka sebaiknya anda tinggalkan. Kalau waktu dan energi yang anda habiskan untuk membicarakan hal-hal sepele tentang orang lain itu bisa anda gunakan untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, tentu lebih baik meninggalkannya.

Bagaimana menurut anda?